Tuesday, March 9, 2010
Mindfullness
Mindfulness/mindfully/mindful adalah kemampuan untuk mengunakan akal yang
rasional dalam memutuskan suatu keputusan, melakukan tindakan dengan mengetahui
apa dampak dari tindakan tersebut bagi dirinya secara spesifik.
Kualitas kunci dari mindfulness adalah :
1. Keterbukaan terhadap ide.
2. Kepekaan terhadap perbedaan.
3. Sensitifitas terhadap konteks yang berbeda.
4. Kesadaran terhadap perspektif yang berbeda.
5. Orientasi pada masa kini.
Hal-hal yang memaksa sebuah organisasi meningkatkan konsep mindfulness adalah
1. Kompetisi yang semakin tinggi
2. Keinginan konsumen yang semakin tinggi
3. Toleransi kecil terhadap kesalahan
4. Standar performa yang semakin tinggi
Dalam artikel ini kami perkenalkan konsep untuk memahami pengunaan teknologi
informasi (IT) dalam sebuah organisasi, konsep ini terdiri dari empat proses :
Comprehensi, adopsi, implementasi dan asimilasi.
Perjalanan inovasi sebuah organisasi dimulai dengan comprehensi dimana sebuah
organisasi mempelajari mengenai sebuah inovasi dan mengembangkan sebuah sikap yang
tertarik akan inovasi tersebuh. Tahapan berikutnya adalah adopsi dimana sebuah
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
perusahaan mulai melakukan adopsi awal dalam tataran konsep untuk inovasi tersebut.
Tahapan berikutnya adalah implementasi dimana dilakukan pemilihan terhadap pilihanpilihan
inovasi yang cocok dengan organisasi. Tahapan terakhir adalah asimilasi dimana
inovasi yang sudah dipilih mulai diserap oleh tatanan kehidupan organisasi tersebut.
Inovasi IT secara mindfully
Keputusan yang mindfully adalah pemilihan keputusan yang paling cocok dengan
karakteristik unik dari organisasi. Pemilihan yang dilakukan tidak didasari apa yang
dilakukan oleh organisasi lain. Dengan kata lain sebuah organisasi disebut mindfully
dalam berinovasi dengan IT jika ia melakukan inovasi karena fakta dan hal-hal spesifik
sesuai dengan organisasi tersebut. Perhatian terhadap hal-hal unik dalam organisasi
penting dilakukan untuk memberikan keputusan yang tepat mengenai apakah mengadopsi
sebuah inovasi adalah hal yang tepat atau tidak.
Berikut adalah 5 atribut yang membuat sebuah organisasi dapat mencapai tingkat
mindfulness yang tinggi.
1. Pengalaman masa lalu akan kegagalan
2. Sikap menghindari simplifikasi terhadap suatu interpretasi
3. Sensitifitas terhadap operasi
4. Mengandalkan pengalaman dibandingkan keputusan formal.
5. Pengambilan keputusan dengan kehati-hatian
Organisasi yang mindfully tidak merayakan keberhasilannya. Sebaliknya ia lebih
berpikir akan kemungkinan kegagalan. Ia juga menganggap sebuah periode yang mulus
sebagai suatu hal yang mengkhawatirkan dimana organisasi tersebut khawatir ada suatu
masalah yang terlewatkan. Dengan pengalaman masa lalu akan kegagalan sebuah
organisasi dapat lebih mengidentifikasi potensi akan pengembangan inovasi IT.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Mindfulness dalam proses inovasi IT
Dalam proses mewujudkan visi terhadap inovasi IT sebuah organisasi yang mindful
tidak akan melakukan generalisasi terhadap potensi keuntungan dari sebuah inovasi tetapi
sebaliknya akan melakukan verifikasi terhadap pilihan inovasinya secara hati-hati.
Organisasi yang mindful akan kritis terhadap sebuah inovasi yang sedang populer di
kalangan umum serta mempertimbangkan apakah inovasi itu cocok dengan organisasi
atau tidak. Walaupun sebuah organisasi memilih sebuah inovasi, ini tidak berarti
organisasi itu akan menjadi pionir dalam inovasi tersebut, hal ini dikarenakan tidak
selamanya menjadi pionir itu baik, dikarenakan sebuah inovasi baru terkadang kurang di
dukung oleh infrastruktur yang dibutuhkan untuk inovasi tersebut.
Dalam proses asimilasi dari inovasi IT, organisasi yang mindful tidak akan
memperlihatkan penerimaan yang terlalu cepat tetapi sebaliknya akan tetap terbuka untuk
kejutan dan pembelajaran yang berkelanjutan.
Mindlessness
Kontradiksi dengan konsep mindfulness, sebuah organisasi dikatakan
mindlessness/mindless jika keputusan yang dibuat tidak sesuai dengan spesifikasi
organisasi yang bersangkutan. Organisasi yang mindlessness tidak begitu menganggap
penting inovasi IT, dikarenakan hal ini mereka lebih memilih menjadi pengikut
dibandingkan pemimpin dalam inovasi.
Jika terdapat sebuah inovasi yang diikuti oleh orang banyak maka organisasi yang
mindlessness akan cenderung untuk mengikuti setelah melihat kesuksesan pionir awal
sebuah inovasi serta melihat banyaknya organisasi yang mengikuti.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Awal mula mindlessness
Kondisi mindlessness terjadi atas tiga kondisi berikut ini :
1. Kurangnya perhatian akibat terdapat hal-hal lain yang dirasa lebih penting.
2. Kurang sensitivitas terhadap konteks masalah
3. Halangan dari lingkungan dimana institusi dan kondisi lingkungan yang ada
menciptakan penghalang seperti kondisi dimana sebuah perusahaan terpaksa
mengikuti langkah perusahaan yang lebih besar dikarenakan tekanan sosial dan
lainnya.
Mindlessness sebagai pilihan strategis
Menjadi mindless bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Tetapi ada kalanya
menjadi mindless dapat berhasil dan adaptif.
Mindless dalam inovasi dapat dilakuakan jika keuntungannya melebihi kerugiannya.
Organisasi yang berpikir diri mereka sebagai pengikut ketimbang pemimpin cenderung
memilih proses ini. Mindlessness juga terkadang dapat menguntungkan dalam konsep
organisasi yang mengunakan konsep ini tidak perlu terlalu banyak memakan biaya dalam
melakukan proses pemilihan inovasi yang tepat dan membiarkan para innovator dan
pemimpin yang menangung biayanya.
Sintesis antara Mindfulness dan Mindlessness
Dalam konsep sebuah organisasi kita cenderung dapat menentukan organisasi mana
yang lebih cocok mengunakan konsep mindfulness dan organisasi mana yang cocok
dengan mindlessness dan dapat saling memisahkan diantara keduanya , tetapi dalam
konsep suatu komunitas yang lebih besar mindfulness dan mindlessness bekerja sebagai
komplemen dari sebuah konsep ilmu pengetahuan.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Pada akhirnya konsep mindfulness dan mindlessness saling berinteraksi dalam
organisasi untuk menciptakan kepercayaan dan pengetahuan yang berkualitas dan akibat
proses tersebut organisasi secara umum akan cenderung berkembang dan meningkatkan
kemampuannya dalam mengerti inovasi IT.
Copyright :
rasional dalam memutuskan suatu keputusan, melakukan tindakan dengan mengetahui
apa dampak dari tindakan tersebut bagi dirinya secara spesifik.
Kualitas kunci dari mindfulness adalah :
1. Keterbukaan terhadap ide.
2. Kepekaan terhadap perbedaan.
3. Sensitifitas terhadap konteks yang berbeda.
4. Kesadaran terhadap perspektif yang berbeda.
5. Orientasi pada masa kini.
Hal-hal yang memaksa sebuah organisasi meningkatkan konsep mindfulness adalah
1. Kompetisi yang semakin tinggi
2. Keinginan konsumen yang semakin tinggi
3. Toleransi kecil terhadap kesalahan
4. Standar performa yang semakin tinggi
Dalam artikel ini kami perkenalkan konsep untuk memahami pengunaan teknologi
informasi (IT) dalam sebuah organisasi, konsep ini terdiri dari empat proses :
Comprehensi, adopsi, implementasi dan asimilasi.
Perjalanan inovasi sebuah organisasi dimulai dengan comprehensi dimana sebuah
organisasi mempelajari mengenai sebuah inovasi dan mengembangkan sebuah sikap yang
tertarik akan inovasi tersebuh. Tahapan berikutnya adalah adopsi dimana sebuah
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
perusahaan mulai melakukan adopsi awal dalam tataran konsep untuk inovasi tersebut.
Tahapan berikutnya adalah implementasi dimana dilakukan pemilihan terhadap pilihanpilihan
inovasi yang cocok dengan organisasi. Tahapan terakhir adalah asimilasi dimana
inovasi yang sudah dipilih mulai diserap oleh tatanan kehidupan organisasi tersebut.
Inovasi IT secara mindfully
Keputusan yang mindfully adalah pemilihan keputusan yang paling cocok dengan
karakteristik unik dari organisasi. Pemilihan yang dilakukan tidak didasari apa yang
dilakukan oleh organisasi lain. Dengan kata lain sebuah organisasi disebut mindfully
dalam berinovasi dengan IT jika ia melakukan inovasi karena fakta dan hal-hal spesifik
sesuai dengan organisasi tersebut. Perhatian terhadap hal-hal unik dalam organisasi
penting dilakukan untuk memberikan keputusan yang tepat mengenai apakah mengadopsi
sebuah inovasi adalah hal yang tepat atau tidak.
Berikut adalah 5 atribut yang membuat sebuah organisasi dapat mencapai tingkat
mindfulness yang tinggi.
1. Pengalaman masa lalu akan kegagalan
2. Sikap menghindari simplifikasi terhadap suatu interpretasi
3. Sensitifitas terhadap operasi
4. Mengandalkan pengalaman dibandingkan keputusan formal.
5. Pengambilan keputusan dengan kehati-hatian
Organisasi yang mindfully tidak merayakan keberhasilannya. Sebaliknya ia lebih
berpikir akan kemungkinan kegagalan. Ia juga menganggap sebuah periode yang mulus
sebagai suatu hal yang mengkhawatirkan dimana organisasi tersebut khawatir ada suatu
masalah yang terlewatkan. Dengan pengalaman masa lalu akan kegagalan sebuah
organisasi dapat lebih mengidentifikasi potensi akan pengembangan inovasi IT.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Mindfulness dalam proses inovasi IT
Dalam proses mewujudkan visi terhadap inovasi IT sebuah organisasi yang mindful
tidak akan melakukan generalisasi terhadap potensi keuntungan dari sebuah inovasi tetapi
sebaliknya akan melakukan verifikasi terhadap pilihan inovasinya secara hati-hati.
Organisasi yang mindful akan kritis terhadap sebuah inovasi yang sedang populer di
kalangan umum serta mempertimbangkan apakah inovasi itu cocok dengan organisasi
atau tidak. Walaupun sebuah organisasi memilih sebuah inovasi, ini tidak berarti
organisasi itu akan menjadi pionir dalam inovasi tersebut, hal ini dikarenakan tidak
selamanya menjadi pionir itu baik, dikarenakan sebuah inovasi baru terkadang kurang di
dukung oleh infrastruktur yang dibutuhkan untuk inovasi tersebut.
Dalam proses asimilasi dari inovasi IT, organisasi yang mindful tidak akan
memperlihatkan penerimaan yang terlalu cepat tetapi sebaliknya akan tetap terbuka untuk
kejutan dan pembelajaran yang berkelanjutan.
Mindlessness
Kontradiksi dengan konsep mindfulness, sebuah organisasi dikatakan
mindlessness/mindless jika keputusan yang dibuat tidak sesuai dengan spesifikasi
organisasi yang bersangkutan. Organisasi yang mindlessness tidak begitu menganggap
penting inovasi IT, dikarenakan hal ini mereka lebih memilih menjadi pengikut
dibandingkan pemimpin dalam inovasi.
Jika terdapat sebuah inovasi yang diikuti oleh orang banyak maka organisasi yang
mindlessness akan cenderung untuk mengikuti setelah melihat kesuksesan pionir awal
sebuah inovasi serta melihat banyaknya organisasi yang mengikuti.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Awal mula mindlessness
Kondisi mindlessness terjadi atas tiga kondisi berikut ini :
1. Kurangnya perhatian akibat terdapat hal-hal lain yang dirasa lebih penting.
2. Kurang sensitivitas terhadap konteks masalah
3. Halangan dari lingkungan dimana institusi dan kondisi lingkungan yang ada
menciptakan penghalang seperti kondisi dimana sebuah perusahaan terpaksa
mengikuti langkah perusahaan yang lebih besar dikarenakan tekanan sosial dan
lainnya.
Mindlessness sebagai pilihan strategis
Menjadi mindless bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Tetapi ada kalanya
menjadi mindless dapat berhasil dan adaptif.
Mindless dalam inovasi dapat dilakuakan jika keuntungannya melebihi kerugiannya.
Organisasi yang berpikir diri mereka sebagai pengikut ketimbang pemimpin cenderung
memilih proses ini. Mindlessness juga terkadang dapat menguntungkan dalam konsep
organisasi yang mengunakan konsep ini tidak perlu terlalu banyak memakan biaya dalam
melakukan proses pemilihan inovasi yang tepat dan membiarkan para innovator dan
pemimpin yang menangung biayanya.
Sintesis antara Mindfulness dan Mindlessness
Dalam konsep sebuah organisasi kita cenderung dapat menentukan organisasi mana
yang lebih cocok mengunakan konsep mindfulness dan organisasi mana yang cocok
dengan mindlessness dan dapat saling memisahkan diantara keduanya , tetapi dalam
konsep suatu komunitas yang lebih besar mindfulness dan mindlessness bekerja sebagai
komplemen dari sebuah konsep ilmu pengetahuan.
Copyright : Diperkenankan untuk mengandakan dan menyebarkan sebagian atau
keseluruhan artikel ini.
Pada akhirnya konsep mindfulness dan mindlessness saling berinteraksi dalam
organisasi untuk menciptakan kepercayaan dan pengetahuan yang berkualitas dan akibat
proses tersebut organisasi secara umum akan cenderung berkembang dan meningkatkan
kemampuannya dalam mengerti inovasi IT.
Copyright :
Mengapa Institusi Sekolah berubah dengan perlahan?
Mengapa sekolah/institusi pendidikan berubah perlahan?
Sekolah dan institusi pendidikan dikatakan sukar untuk mengalami sesuatu perubahan. Sistem pendidikan dikatakan lebih resisten terhadap sebarang perubahan dan inovasi berbanding dengan institusi perindustrian dan bidang pertanian, guru-guru dan para pendidik lebih sukar menerima sesuatu inovasi dan perubahan berbanding petani atau doktor (Huberman, 1979). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena di atas (Havelock, 1971).
1. Faktor input
* halangan untuk berubah dari persekitaran
* ketidak trampilan agen luar
* inovasi yang terlalu berpusat
* sensitiviti dan defensiveness guru-guru/pendidik
* ketiadaan linking-pin agen perubahan
* putus hubungan antara teori dan amalan
* inovasi yang mempunyai kurang asas saintifik - kurang membuat kajian
* guru/pendidik bersifat konservatif
* kesamaran profesionalisme
2. Faktor output
* matlamat sesuatu inovasi tidak jelas
* tiada ganjaran untuk inovasi
* pendekatan terlalu uniform
* sekolah sebagai institusi yang monopoli
* komponen pengetahuan yang rendah - kurang pelaburan dalam R&D
* kesukaran mendiagnos kelemahan
* masalah mengukur hasil akhir (product)
* pelaburan yang rendah dalam bidang teknologi dan kewangan
* fokus kepada komitmen masa kini - akauntabiliti
* pelaburan yang rendah terhadap perkembangan staf
* kekurangan model entrepreneur
* passivity
3. Faktor throughput
* pemisahan antara ahli-ahli dan unit-unit dalam sistem pendidikan
* perbezaan status dan hirarki
* kekurangan prosedur dan latihan untuk perubahan
Sekolah dan institusi pendidikan dikatakan sukar untuk mengalami sesuatu perubahan. Sistem pendidikan dikatakan lebih resisten terhadap sebarang perubahan dan inovasi berbanding dengan institusi perindustrian dan bidang pertanian, guru-guru dan para pendidik lebih sukar menerima sesuatu inovasi dan perubahan berbanding petani atau doktor (Huberman, 1979). Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena di atas (Havelock, 1971).
1. Faktor input
* halangan untuk berubah dari persekitaran
* ketidak trampilan agen luar
* inovasi yang terlalu berpusat
* sensitiviti dan defensiveness guru-guru/pendidik
* ketiadaan linking-pin agen perubahan
* putus hubungan antara teori dan amalan
* inovasi yang mempunyai kurang asas saintifik - kurang membuat kajian
* guru/pendidik bersifat konservatif
* kesamaran profesionalisme
2. Faktor output
* matlamat sesuatu inovasi tidak jelas
* tiada ganjaran untuk inovasi
* pendekatan terlalu uniform
* sekolah sebagai institusi yang monopoli
* komponen pengetahuan yang rendah - kurang pelaburan dalam R&D
* kesukaran mendiagnos kelemahan
* masalah mengukur hasil akhir (product)
* pelaburan yang rendah dalam bidang teknologi dan kewangan
* fokus kepada komitmen masa kini - akauntabiliti
* pelaburan yang rendah terhadap perkembangan staf
* kekurangan model entrepreneur
* passivity
3. Faktor throughput
* pemisahan antara ahli-ahli dan unit-unit dalam sistem pendidikan
* perbezaan status dan hirarki
* kekurangan prosedur dan latihan untuk perubahan
sistem inovasi dalam pendidikan
Sistem inovasi sangat penting karena bukan semata menyangkut pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) itu sendiri [termasuk misalnya melalui pendidikan, penelitian, pengembangan dan kerekayasaan], tetapi juga bagaimana iptek dapat didayagunakan secara maksimal bagi kepentingan nasional dalam pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Demikian sebaliknya, perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya, menjadi bagian yang tidak dapat diabaikan dan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi arah dan kecepatan pemajuan iptek.
Gambar berikut [saya menggunakan skema yang dikembangkan oleh Arnold dan Kuhlmann, 2001] merupakan salah satu cara memudahkan pemahaman kita tentang sistem inovasi. Ini tentu bukan satu-satunya cara. Banyak skema lain yang digunakan oleh pihak yang berbeda, tergantung tujuan deskripsi kita tentang sistem inovasi.
Jadi, sistem inovasi memiliki peran dan hubungan timbal balik sangat penting dengan pendidikan. Ini juga diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (2001), yang menurut mereka fungsi utama sistem inovasi adalah :
1. Menciptakan pengetahuan baru.
2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
5. Memfasilitasi formasi pasar.
Sementara itu, Liu dan White (2001) juga mengungkapkan beberapa aktivitas penting dalam sistem :
1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);
2. Implementasi (misalnya manufaktur);
3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);
4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan
5. Pendidikan.
Jadi jelas bahwa dalam pengertian yang disampaikan di atas, ini berarti bahwa sistem pendidikan merupakan elemen/pilar sangat penting bagi berkembangnya sistem inovasi (nasional maupun daerah, serta sektoral/industrial). Sebaliknya, sistem inovasi yang kuat akan mendukung perkembangan pendidikan yang semakin baik pula.
Bagaimana kita dapat melakukan perbaikan yang bersifat timbal balik pada penguatan sistem inovasi dan pendidikan di Indonesia? Saya meminjam kerangka kebijakan inovasi yang diusulkan (dan sedang terus dikembangkan) dalam RAKORNAS RISTEK April 2008 di Palembang. [catatan : pengertian sederhana kebijakan inovasi adalah himpunan kebijakan untuk mendukung pengembangan/penguatan sistem inovasi]. Saya pernah menyinggung juga tentang ini secara singkat di blog publik Kompas.
Atas dasar kerangka kebijakan inovasi ini, maka beberapa hal penting perlu dilakukan di Indonesia antara lain adalah :
Kondisi Umum. Dalam hal ini perlu langkah perbaikan dalam peraturan perundangan, infrastruktur (fasilitas) dan sarana pendidikan [formal, non formal, informal] serta tenaga pendidik yang mendukung ketersediaan, aksesibilitas dan "afordabilitas" bagi seluruh masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Ini yang mendasar. Tetapi jangan juga mengabaikan pengembangan kompetensi yang semakin kuat pada bidang-bidang tertentu (selektif) yang mendukung penguatan keunggulan daya saing dan kemandirian bangsa.
Catatan penting dari saya : jangan sampai pengembangan sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan ”unggulan” menjebak kita hanya menyedikan lembaga pendidikan untuk anak/orang pandai dan memiliki kemampuan ekonomi. Pendidikan merupakan investasi untuk membuat orang menjadi pandai dan cerdas.
Kelembagaan dan Daya Dukung Iptek, serta Kapasitas Absorpsi Iptek oleh Industri. Penataan di bidang ini terbuka luas, apalagi jika dikaitkan dengan amanat dalam UU No. 20/2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, dan sejalan pula dengan kelahiran UU No. 39/2008 tentang Kementerian dan Kementerian Negara.
Ambil contoh tentang kesejalanan pendidikan dan pengembangan industri (dunia usaha). Jika penentu kebijakan di kedua “bidang” ini jalan sendiri-sendiri dan lembaga pendidikan tak mau tahu perkembangan dalam masyarakat dan dunia usaha, maka tak perlu heran kalau sarjana-sarjana baru pun akan semakin memperpanjang antrian pengangguran terdidik di negara kita dari waktu ke waktu.
Lembaga pendidikan vokasi yang baik sangat diperlukan. Selain itu, ke depan, beberapa perguruan tinggi terutama di bidang teknik (engineering) dan bisnis/ekonomi perlu didorong agar menjadi entrepreneurial universities. Ini tentu tidak harus perguruan tinggi negeri saja. ATMI Solo merupakan salah satu contoh perguruan tinggi yang memiliki program vokasi sangat baik di Indonesia. UMN Tangerang, walaupun usianya tergolong sangat muda, juga tengah berupaya menjadi perguruan tinggi yang memiliki kekuatan dalam menghasilkan technopreneur masa depan yang baik.
Gambar berikut [saya menggunakan skema yang dikembangkan oleh Arnold dan Kuhlmann, 2001] merupakan salah satu cara memudahkan pemahaman kita tentang sistem inovasi. Ini tentu bukan satu-satunya cara. Banyak skema lain yang digunakan oleh pihak yang berbeda, tergantung tujuan deskripsi kita tentang sistem inovasi.
Jadi, sistem inovasi memiliki peran dan hubungan timbal balik sangat penting dengan pendidikan. Ini juga diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (2001), yang menurut mereka fungsi utama sistem inovasi adalah :
1. Menciptakan pengetahuan baru.
2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.
3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.
4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
5. Memfasilitasi formasi pasar.
Sementara itu, Liu dan White (2001) juga mengungkapkan beberapa aktivitas penting dalam sistem :
1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);
2. Implementasi (misalnya manufaktur);
3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);
4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan
5. Pendidikan.
Jadi jelas bahwa dalam pengertian yang disampaikan di atas, ini berarti bahwa sistem pendidikan merupakan elemen/pilar sangat penting bagi berkembangnya sistem inovasi (nasional maupun daerah, serta sektoral/industrial). Sebaliknya, sistem inovasi yang kuat akan mendukung perkembangan pendidikan yang semakin baik pula.
Bagaimana kita dapat melakukan perbaikan yang bersifat timbal balik pada penguatan sistem inovasi dan pendidikan di Indonesia? Saya meminjam kerangka kebijakan inovasi yang diusulkan (dan sedang terus dikembangkan) dalam RAKORNAS RISTEK April 2008 di Palembang. [catatan : pengertian sederhana kebijakan inovasi adalah himpunan kebijakan untuk mendukung pengembangan/penguatan sistem inovasi]. Saya pernah menyinggung juga tentang ini secara singkat di blog publik Kompas.
Atas dasar kerangka kebijakan inovasi ini, maka beberapa hal penting perlu dilakukan di Indonesia antara lain adalah :
Kondisi Umum. Dalam hal ini perlu langkah perbaikan dalam peraturan perundangan, infrastruktur (fasilitas) dan sarana pendidikan [formal, non formal, informal] serta tenaga pendidik yang mendukung ketersediaan, aksesibilitas dan "afordabilitas" bagi seluruh masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Ini yang mendasar. Tetapi jangan juga mengabaikan pengembangan kompetensi yang semakin kuat pada bidang-bidang tertentu (selektif) yang mendukung penguatan keunggulan daya saing dan kemandirian bangsa.
Catatan penting dari saya : jangan sampai pengembangan sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan ”unggulan” menjebak kita hanya menyedikan lembaga pendidikan untuk anak/orang pandai dan memiliki kemampuan ekonomi. Pendidikan merupakan investasi untuk membuat orang menjadi pandai dan cerdas.
Kelembagaan dan Daya Dukung Iptek, serta Kapasitas Absorpsi Iptek oleh Industri. Penataan di bidang ini terbuka luas, apalagi jika dikaitkan dengan amanat dalam UU No. 20/2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, dan sejalan pula dengan kelahiran UU No. 39/2008 tentang Kementerian dan Kementerian Negara.
Ambil contoh tentang kesejalanan pendidikan dan pengembangan industri (dunia usaha). Jika penentu kebijakan di kedua “bidang” ini jalan sendiri-sendiri dan lembaga pendidikan tak mau tahu perkembangan dalam masyarakat dan dunia usaha, maka tak perlu heran kalau sarjana-sarjana baru pun akan semakin memperpanjang antrian pengangguran terdidik di negara kita dari waktu ke waktu.
Lembaga pendidikan vokasi yang baik sangat diperlukan. Selain itu, ke depan, beberapa perguruan tinggi terutama di bidang teknik (engineering) dan bisnis/ekonomi perlu didorong agar menjadi entrepreneurial universities. Ini tentu tidak harus perguruan tinggi negeri saja. ATMI Solo merupakan salah satu contoh perguruan tinggi yang memiliki program vokasi sangat baik di Indonesia. UMN Tangerang, walaupun usianya tergolong sangat muda, juga tengah berupaya menjadi perguruan tinggi yang memiliki kekuatan dalam menghasilkan technopreneur masa depan yang baik.
Subscribe to:
Posts (Atom)